Senin, 28 April 2014


RUANG LINGKUP GEOGRAFI   

Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.

Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.

Ruang Lingkup Geografi
Pengertian tentang geografi di atas menunjukkan bahwa yang dipelajari dalam geografi ternyata sangat luas. Oleh karena itu, perlu adanya batasan yang menjadi ruang lingkup bahasan geografi. Ruang lingkup bahasan geografi terdiri dari 3 bagian, yaitu sebagai berikut.

Geografi Fisik: Geografi fisik mempelajari gejala-gejala alam di permukaan bumi yang meliputi atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Gejala-gejala alam tersebut berkaitan dengan bentuk, relief, iklim, dan segala sesuatu tentang bumi, serta tentang proses-proses fisik yang terjadi di darat, laut, dan udara yang berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia.

Geografi Sosial: Geografi sosial mempelajari segala aktivitas kehidupan manusia di bumi dan interaksinya dengan lingkungan, baik dalam lingkungan sosial, ekonomi, maupun budaya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa geografi sosial (geografi manusia) mempelajari dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap manusia.

Geografi Regional: Geografi regional mempelajari topik atau bahasan khususnya yang mencakup suatu daerah atau wilayah tertentu. Geografi regional merupakan bahasan yang menyeluruh, baik dari aspek fisik ataupun sosial sehingga dianggap sebagaio bentuk tertinggi dalam geografi.
 
 Geografi Tanah

Geografi tanah mempelajari sebaran jenis tanah di muka daratan dan faktor yang menentukan sebaran teresbut. Secara sederhana dapat dinyatakan sebagai ilmu tanah yang dikaji dari sudut pandang geografi. Kata geografi dalam geografi tanah merupakan konteks sistem atau metode telaah, bukan konotasi ilmu (Notohadiprawiro, 1994). 

Geografi tanah merupakan cabang ilmu geografi yang mengkaji persebaran satuan-satuan tanah di permukaan bumi, sifat, dan karakteristik satuan-satuan tanah yang menyelimuti permukaan bumi, dan pemanfaatan tanah untuk kehidupan (Sartohadi dkk., 2012)
Sebaran tanah yang membentuk hamparan di muka daratan disebut pedosfer. 

Setiap wilayah memiliki mosaik tanah tersendiri karena keragaman faktor penentunya. Hamparan tanah di muka daratan mencitrakan bentangtanah yang menjadi salah satu elemen bentanglahan. Mosaik tanah sebagai fakta kewilayahan dapat diungkap lewat peta tanah. Peta tanah memuat informasi mengenai nama-nama satuan tanah melalui sistem klasifikasi tertentu secara konsisten mulai dari skala global hingga detail.


Pengertian Tanah dan Lahan


A.  PENGERTIAN TANAH
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Tanah merupakan komponen penting dan utama bagi daya dukung suatu lahan (kemampuan lahan) terhadap pemanfaatannya oleh berbagai manusia.



Indonesia merupakan negara agraris karenasebagian besar penduduknya bekerja disektor pertanian. Oleh karena itu, tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang aktifitas masyarakat di bidang pertanian. Kondisi tanah harus tetap dijaga dan dipelihara tingkat kesuburannya. Berdasarkan tingkat kesuburannya, tanah dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1.      Tanah Subur
Tanah subur terdiri dari tanah vulkanik, podzolik, dan aluvial. Jenis tanah subur terdapat di pulau jawa, nusa tenggara, dan sebagian kalimantan.
2.      Tanah Kurang Subur
Tanah kurang subur terdiri dari pasir, tanah gembut, dan tanah kapur. Jenis tanah ini terdapat di pulau jawa, sumatera, dan sulawesi.
3.      Tanah Tidak Subur
Tanah yang tidak subur merupakan tanah yang tandus karena mengalami proses pencucian oleh air hujan.contoh tanah yang tidak subur adalah tanah laterit. Tanah dengan jenis ini biasanya terdapat di pulau jawa bagian barat dan selatan, serta pulau kalimantan bagian barat.

Sifat-sifat tanah, seperti ketebalan  lapisan tanah (solum tanah), tekstur tanah, permeabilitas tanah, drainase tanah, kandungan bahan dasar tanah, dan salinitas tanah merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi potensi tanah untuk penggunaan tertentu, misalnya sifat ketebalan (kedalaman)lapisan tanah yang dikelompokkan ke dalam beberapa kelas, yaitu:
a)      K-0- = kedalaman lebih dari 90 cm (dalam).
b)      K-1- = kedalaman antara dari 90 – 50 cm (sedang).
c)      K-2- = kedalaman antara dari 50 – 25 cm (dangkal).
d)     K-3- = kedalaman kurang dari 90 cm (sangat dangkal).

    B.     PENGERTIAN LAHAN
Sejak tahun 1970, istilah lahan mulai banyak digunakan. Menurut FAO, lahan diartikan sebagai tempat di permukaan bumi yang sifat-sifatnya layak disebut seimbang dan saling berkaitan satu sama lain, memiliki atribut mulai dari biosfer atmosfer, batuan induk, bentuk-bentuk lahan, tanah dan ekologinya, hidrologi, tumbuh-tumbuhan, hewan dan hasil dari aktivitas manusia pada masa lalu dan sekarang yang menegaskan bahwa variabel itu berpengaruh nyata pada penggunaan manusia saat ini dan akan datang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah lahan bararti tanah terbuka, tanah garapan.Lahan diartikan sebagai suatu tempat terbuka di permukaan bumi yang dimanfaatkan oleh manusia, misalnya untuk lahan pertanian, untuk membangun rumah, dan lain-lain.

Pemahaman tentang tipe-tipe tanah yang penting bagi pemanfaatan dan daya guna lahan.Tidak semua tipe tanah bisa dipakai untuk lahan pertanian, untuk membangun rumah, berdirinya pabrik, atau alas jalan.Setiap tanah memiliki karakteristiknya sendiri yang memberi pengaruh pada terbatasnya daya guna lahan di atas tanah itu.Sebelum pemanfaatan lahan di atas tanah, harus melakukan survey tanah terlebih dahulu.

Pendayagunaan tanah sebagai sumber daya tidak hanya sebatas tanah dalam batas yang sempit, tetapi lebih luas berupa lahan. Lahan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, tumbuhan, dan  makhluk lainnya. Manusia selalu berusaha memiliki dan menguasai lahan, yang ikut menentukan status sosialnya.Kebutuhan hidup manusia yang beragam, penguasaan teknologi, kondisi sosial budaya, dan ekonomi masyarakat yang berbeda merupakan faktor yang menentukan dalam penggunaan lahan.

Pengelolaan lahan merupakan upaya yang dilakukan manusia dalam pemanfaatan lahan sehingga produktivitas lahan tetap tinggi secara berkelanjutan (jangka panjang).Penggunaan sumber daya lahan  dapat dibagi ke dalam tiga kelompok manfaat dan peranan, yaitu (M. Ardi, dkk : 274)
a.    Lahan digunakan untuk tempat tinggal, berusaha, bercocok  tanam, dan tambak ikan    
b.     Lahan sebagai kawasan hutan yang menopang kehidupan vegetasi satwa liar;
c.    Lahan sebagai daerah pertambangan yang bermanfaat bagi manusia.


FAKTOR PEMBENTUK TANAH
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan dengan rumus sebagai berikut:
T = f (i, o, b, t,  w)
Keterangan:
T          = tanah                                  b          = bahan induk
f           = faktor                                   t           = topografi
I           = iklim                                     w         = waktu
·                         = organisme
Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada dua, yaitu suhu dan curah hujan.
v  Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula.
v  Curah hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
1.     Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.
2.    Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
3.    Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
4.    Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsurunsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
3. Bahan Induk
     Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi.
    Susunan kimia dan mineral bahan induk akan mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula sehingga dapat menghindari pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
4. Topografi/Relief
     Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
v  Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
v  Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Add caption
   Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Untuk jelasnya lihat gambar di samping .
Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvialregosol dan litosol.
Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol.
Tanah Tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik danlatosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1000 – 10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Secara ringkas faktor-faktor pembentuk tanah digambarkan seperti berikut:





 Proses Pembentukan Tanah
  • Pada dasarnya,tanah berasal dari batuan dan zat organik yang mengalami pelapukan.Berubahnya batuan dan zat organik menjadi butir- butir tanah disebabkan oleh beberapafaktor berikut.

a.    Pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan pada malam hari
b.    Pemadatan dan tekanan pada sisa-  sisa zat organik akan mempercepat terbebntuknyabatuan.
c.     Batuan yang sudah retak,pelapukannya dipercepat oleh air.
d.    Binatang kecil seperti cacing tanah dan rayap akan membuat lubang danmengeluarkan zat-zat yang dapat menghancurkan batuan.
e.    Akar tumbuh-tumbuhan dapat menerobos dan mencegah batu-batuan hingga hancur.
  • Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupunpelapukan kimia.Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubahkomposisinya.Pada tahap ini,batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah,tetapisebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk.Prosespelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah.Proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah. Sehingga faktor yang mendorongpelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah. 


  •      Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktortersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktorpembentuk tanah adalah iklim.Ada beberapa faktor lainyang memengaruhi prosespembentukan tanah, yaitu organisme, bahaninduk, topografi, danwaktu

Tahap Pembentukan Tanah













Tahap I
 Pada tahap ini,permukaan batuan yang tersingkap di permukaan akan berinteraksi secaralangsung dengan atmosfer dan hidrosfer. Keadaan ini akan menyebabkan permukaanbatuan dengan kondisi  yang tidak stabil . Akibatnya terjadi pelapukan kimiawi diantaranya  proses oksidasi,hidrasi,hidrolisis,pelarutan dan sebagainya. Menjadikanpermukaan batuan lapuk,dengan mengubah struktur dan komposisi kimiawi materialbatuannya. Dengan    membentuk materialyang lebih kecil dan lunak dibanding dengan keadaan sebelumnya.

Tahap II
Pada tahap ini,setelah mengalami pelapukan bagian permukaan batuan yang lapuk akanmenjadi lebih lunak. Rekahan yang terbentuk pada batuan akan  menjadijalurmasuknya air dan sirkulasi udara. Sehingga,dengan proses – proses yangsama, terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.


Tahap III
      Pada tahap ini,di lapisan tanah bagian atas akan mulai muncul tumbuh-tumbuhanperintis. Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan.Dengan kehadiran tumbuhan,material sisa tumbuhan yang mati akan membusukmembentuk humus.Airyang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah akan membawaasam humus yang ada di lapisan atas melalui rekahan yang ada.Menjandi lapisan batuan yang
      lebih dalam. Ini semua akan menyebabkan meningkatnya keasaman pada tanah yang kemudian akan memicu terjadinya pelapukan pada bagian tanah serta batuan yang lebih dalam. Membentuk lapisan lapisan tanah yang lebih tebal.Dengan semakin tebal nya lapisan-lapisan tanah,airyang tefiltrasi ke dalam lapisan tanah dapat melakukan proses   pencucian(leaching) terdadap lapisan yang dilaluinya. sehingga tahapan ini  merupakan   awal terbetuknya  horizon-horoizon tanah.
Tahap IV
Pada tahapan ini, tanah telah menjadi lebih subur. Sehingga tumbuhlah tumbuhan-tumbuhan yang lebih besar. menyebabkan akar-akar tanaman menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam. Selain itu pada tahapan ini juga terjadi proses pencucianyang intensif. Air yang terinfiltrasi (meresap) ke dalam lapisan-lapisan tanah membawa mineral-mineral  yang ada di lapisan atas dan mengendapkannya padalapisan-lapisan dibawahnya. Sehingga terbentuklah akumulasi mineral-mineral tertentu pada lapisan-lapisan tanah tertentu membentuk horizon tanah.


Jenis-jenis Tanah di Indonesia

1. Tanah Vulkanis
tanah Andosol
o   Proses terbentuknya : dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan
o   Ciri-ciri : warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur
o   Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara
o   Persebaran : Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi


b. Tanah Regoso
  •   Proses terbentuknya : dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasarCiri-ciri : berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning dan kadar bahan organik rendah
  •  Pemanfaatannya : untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa
  • Persebaran : di lereng gunung berapi, pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara

c. Tanah Aluvial (Tanah Endapan)
  •   Proses terbentuknya : tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di daerah-daerah dataran rendah
  • Ciri-ciri : warna kelabu dan peka terhadap erosi
  • Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian sawah dan palawija
  • Persebaran : Sumatera, Jawa bagian utara, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan


2. Tanah Organosol
a. Tanah Humus
  •             Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan bahan-bahan organic
  •             Ciri-ciri : warna kehitaman, mudah basah, mengandung bahan organik, sangat subur
  •             Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian
  •    Persebaran : Lampung, Jawa Tengah bagian selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tenggara


b. Tanah Gambut
  •     Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan tumbuhan / bahan organik di daerah yang selalu tergenang air (rawa-rawa)
  •      Ciri-ciri : bersifat sangat asam, unsur hara rendah sehingga tidak subur
  •             Pemanfaatannya : untuk pertanian pasang surut
  •            Persebaran : Pantai timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Seram, Papua, Pantai Selatan


3. Tanah Litosol (tanah berbatu-batu)
§  Proses terbentuknya : 
  •     dari pelapukan batuan beku dan sedimen yang masih baru (belum sempurna) sehingga butirannya besar / kasar
  •    Ciri-ciri : tekstur tanahnya beranekaragam dan pada umumnya berpasir, tak bertekstur, warna kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi
  •   Pemanfaatannya : masih alang-alang, bisa untuk hutan
  •   Persebaran : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Sumatera


4. Tanah Podzol
  •       ·         Proses terbentuknya : di daerah yang memiliki suhu       rendah dan curah hujan tinggi
  •       ·         Ciri-ciri : warna pucat, kandungan pasir kuarsa           tinggi, sangat masam, peka terhadap erosi, kurang        subur
  •        ·       Pemanfaatannya : untuk pertanian palawija
  • ·                      Persebaran : Kalimantan Tengah, Sumatera Utara,         Papua







5. Tanah Laterit
  •     Proses terbentuknya : Tanah yang tercuci air hujan, sehingga unsur hara telah hilang meresap dan mengalir ke dalam tanah
  •            Ciri-ciri : warna cokelat kemerah-merahan, tidak subur
  •       Pemanfaatannya : untuk lahan pertanian
  •             Persebaran : Kalimantan Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara



6. Tanah Mergel
  •      Proses terbentuknya : dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir dan tanah liat karena peristiwa air hujan
  •      Ciri-ciri : tidak subur
  •      Pemanfaatannya : untuk hujan jati
  •        Persebaran : Yogyakarta, Priangan Selatan di Jawa Barat, pegunungan Kendeng di Jawa Tengah, Kediri, Madiun, Nusa Tenggara


7. Tanah Terarosa (Kapur)
Tanah Renzina
  •        Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan tinggi
  •      Ciri-ciri : warna putih sampai hitam, miskin unsur hara
  •           Pemanfaatannya : untuk palawija, hutan jati
  •           Persebaran : Gunung kidul , Yogyakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar